Minggu, 25 Desember 2011

Pujananting Dalam Epos I La Galigo Ternyata “Bukan” Di Barru

Dalam keseharian masyarakat Barru, kita mengenal Pujananting sebagai sebuah Kecamatan Di Kabupaten Barru. Sekalipun tergolong kecamatan baru namun sejarah panjang menunjukkan eksistensi Pujananting sejak dulu hingga kini. Berbagai lika-liku sosial budaa sudah di tempuh oleh masyarakat setempat dalam mengarungi armada kehidupan.

Dalam Epos I la Galigo pula sangat jelas menggambarkan keberadaan Pujanting sebagai suatu kawasan di daerah kabupaten Barru disertai data-data lengap, baik sastra lisan maupun sastra tulisan dan juga masih sangat jelas terlihat situs-situs era Sawrigading yg dimaksud dalam Epos I La galigo.

Sehingga sangatlah lucu ketika Pujananting Barru yang tertera dalam Epos I Lagaligo tersebut adalah Pudjananti (sekarang: Ganti) Donggala Sulawesi Tengah. Pudjananti, Donggala merupakan salah satu dari tiga kerajaan tua di Sulteng se-zaman Majapahit dan Singasari, yakni Kerajaan Banggai (Benggawi) dan Sigi.

Dalam legenda sejarah mereka, Masyarakat Donggala meyakini bahwa daerah Ganti (Pujananti) adalah salah satu daerah jelajah Sawerigading hanya dengan pertimbangan bahwa orang Kaili dalam melafalkan suatu nama berakhiran “ng”, selalu tidak disebutkan, sehingga Pudjananting itulah disebut Pudjananti. Begitu pula sebutan Sawerigading dalam bahasa Bugis orang Kaili mengeja menjadi Sawerigadi dengan menghilangkan “ng”.

Nah, Sungguh sangat lucu ketika hanya dengan argumenasi seperti itu masyrakat Donggala dan Ganti tiba-tiba menggeneralisasi bahwa Pujanting yang dimaksud dalam Sureq Galigo adalah Pujananti di daerah mereka tanpa melihat runut otentiknya. Sementara ada ratusan lontarak atau naskah tua Sul-sel yang sangat valid bila bercerita Pujanating. Naskah Lontarak balusu atau perihal ajjatapreng saja sudah dapat mematahkan argumentasi diatas.

Di adobsi dari: http://barrunews.wordpress.com

Rabu, 21 Desember 2011

Pribahasa BuGis

tEpEtuu mao ePeG, tEpolo msElomoea.
Teppettu maoompennge’, teppolo massellomoe’.

(Tak akan putus yang kendur, tak akan patah yang lentur).
• Artinya: Peringatan agar bijaksana menghadapi suatu permasalahan. Toteransi dan tenggang rasa perlu dipupuk supaya keinginan tercapai tanpa kekerasan.

turukiea ainpEsu pdai tonGiea lopi sEbo.
Turukie’ inapessu, padai tonangie’ lopi sebbok.

(Menuruti hawa nafsu ibarat menumpang perahu bocor).
• Artinya: Jika menuruti hawa nafsu, lenyaplah pengendalian diri. Oleh karena itu, setiap usaha yang dilandasi hawa nafsu, yang berlebihan bisa berakhir dengan kegagalan.

rEb siptoKo, mli siprep ; siruai emRE tE siruai no, mlilu sipkaiGE maiGEpi mupj.
Rebba sipatokkong, mali siparappe’, sirui me’nre tessurui nok, malilusipakainge, maingeppi mupaja.

(Rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas dan tidak saling menekan ke bawah, terlupa saling mengingatkan, nanti sadar atau tertolong barulah berhenti).
• Artinya: Pesan agar orang selalu berpijak dengan teguh dan berdiri kokoh dalam mengarungi kehidupan. Harus tolong-menolong ketika menghadapi rintangan, dan saling mengingatkan untuk menuju ke jalan yang benar. Hal itu akan akan tenwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.

pl aurgea, tEbek toGEeG tEcau meagea, tEsieaw siyulea.
Pala uragae’, tebakke’ tongennge’ teccau mae’gae’, tessie’wa siyulae’.

(Berhasil tipu daya, tak akan musnah kebenaran, tak akan kalah yang banyak, tak akan berlawanan yang berpantangan).
• Artinya: Tipu day, mungkin berhasil untuk sementara, tetapi kebenaran tidak akan hilang. Kebenaran akan tetap hidup bersinar terus dalam kalbu manusia karena akan ia datang dari sumber yang hakiki, yaitu Tuhan YME.


troai tElE linoea, tElai epsonku ri msglea.
Taroi telleng linoe’, tellaing pe’sonaku ri masagalae’.

(Biar dunia tenggelam, tak akan berubah keyakinanku kepada Tuhan).
• Artinya: Apapun yang terjadi, keyakinan yang sudah dihayati kebenarannya tidak boleh bergeser, karena segala kesulitan di dunia ini hanyalah tantangan untuk menguji keimanan sescorang.


aj mupoloai aolon tauea.
Ajak mapoloi olona tauwe’.

(Jangan memotong (mengambil) hak orang lain.
• Artinya: Memperjuangkan kehidupan adalah sesuatu yang wajar, tetapi jangan menjadikan perjuangan itu pertarungan dengan kekerasan yaitu saling merampas rezeki orang lain.

nerko mealoko medec ri jm jmmu atGko ri bet lea. aj muaolai betl sigru gruea tutuGi betl mkEsieG tuPun.
Nare’kko mae’lokko made’ceng ri jama-jamammu, attanngakko ri bate’lak-e’. Ajak muolai bate’lak sigaru-garue’, tuttungngi bate’lak makessingnge’ tumpukna

. (Kalau mau berhasil dalam usaha atau pekerjaanmu, amatilah jejak-jejak. Jangan mengikuti jejak yang simpang siur, tetapi ikutlah jejak yang baik urutannya).
• Artinya: Jejak yang simpang siur adalah jejak orang yang tidak tentu arah tujuan. Jejak yang baik urutannya adalah jejak orang yang berhasil dalam kehidupan. Sukses tak dapat diraih dengan semangat saja, melainkan harus dibarengi dengan tujuan yang pasti dan jalan yang benar.


tuupuai n tEri tuRuGi n micw.
Tuppui naterri, turungngi name’cawa.

(Mendaki ia menangis, menurun ia tertawaun).
• Artinya: Setiap keadaan ada timbal baliknya. Ada dua hal yang silih berganti dalam kehidupan. Maka bersiaplah menghadapi dua kemungkinan itu. Jangan takabur (sombong) jika sedang merasakan kebahagiaan, karena nanti akan merasakan kesedihan juga. Demikian pula sebaliknya, jangan terlampau bersedih jika dirundung malang, karena dari situlah proses terjadinya kebahagiaan bakal dimulai.


mN mN muai ealomu tbolo bErE iaiymi npitoko mnu.
Manya manya mui ellokmu tabbollo berrek, iami napittokko manuk.

(Berhati-hatilah dengan hasratmu, kelak tertumpah bagaikan beras lalu engkau dicotok ayam).
• Artinya: Memperlihatkan hasrat yang berlebihan sama halnya nunjukkan kepribadian yang lemah. Dengan menampakkan kelemahan berarti membuka peluang bagi orang yang bermaksud jahat melaksanakan niatnya.

aiy medeceG mbua tsrm.
Ia de’ce’nnge’ mabuang tassanrama.

(Kebaikan itu meski pun jatuh tersangkut jua).
• Artinya: Kebaikan kadang tertutup oleh gelapnya keadaan. Akan tetapi suatu saat akan tampak dalam nurani manusia yang mencintai kebaikan.


siedec edecn ad edea riyolon aEK rimuRi. sijn ad eaK riyolo ed ri muRi.
Side’ce’ng-de’ce’nna ada de’k-e’ riolona, engka rimumnri. Sijakna ada engka riolona de’k-e’ rimunri.

(Sebaik-baiknya bicara ialah yang kurang komentar tetapi didukung oleh kenyataan. Seburuk-buruk bicara adalah yang banyak komentar tetapi tidak didukung oleh kenyataan).
• Artinya: Sedikit bicara tetapi banyak kerja lebih baik daripada banyak bicara tetapi tidak bekerja.


auG tbkea ri subuea nerko noPoki aEso pjni baun.
Unga tabbakkae’ ri subue’ nare’kko nompokni essoe’ pajani baunna.

(Kembang mekar di waktu subuh, di kala matahari terbit baunya pun hilang).
• Artinya: Jangan langsung percaya atau gembira mendengar berita atau janji yang muluk-muluk, sebab berita tersebut mungkin saja tidak sesuai dengan kenyaataan.



ecec pon ekl ekl tEGn spu ri plE cpn.
Cecceng Ponna, kella-kella tenngana, sapuripalek cappakna.

(Serakah awalnya, tamak pertengahannya, licin tandas akhirnya).
• Artinya: Sejauh keserakahan bertambah, sejauh itu pula menghanyutkan yang baik dan akan berakhir dengan kehancuran.


sd mpbti ad, ad mpbti gau, gau mpbti tau.
Sadda mappabati' ada, ada mappabati' gau, gau’ mappabati' tau.

(Bunyi mewujudkan kata, kata menandakan perbuatan, perbuatan menunjukkan manusia).
• Artinya: Kedudukan dan peranan orang Bugis lebih ditentukan oleh perbuatan daripada nama yang bersangkutan. Dengan kata lain, kata dan perbuatan seseorang akan menentukan derajat nilai seseorang dalam masyarakat.


Iyya nanigesara’ ada' 'biyasana buttaya tammattikamo balloka, tanaikatonganngamo jukuka, annyalotongi ase’yo.

(Jika dirusak adat kebiasaan negeri maka tuak berhenti menitik, ikan menghilang pula, dan padi pun tidak menjadi).
• Artinya: Jika adat dilanggar berarti melanggar kehidupan manusia. Akibatnya bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan, tetapi juga oleh seluruh anggota masyarakat, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta.


pur bbr soPEku pur tKisi goliku aulEbirEni tElEeG nto wliea.
Pura babbara' sompekku, pura tangkisi' golikku, ulebbirenni tellennge’ nato'walie’
.
(Layarku sudah berkembang, kemudiku sudah terpasang, lebih baik tenggelam daripada kembali).
• Artinya: Semangat yang mengandung makna kehati-hatian dan didasarkan atas acca (mendahulukan pertimbangan yang matang). Pelaut Bugis tak akan berlayar sebelum tiang, jangkar, serta tali-temali diperiksa cermat dan teliti. Di samping itu juga memperhatikan waktu dan musim yang tepat untuk berlayar. Setelah segala sesuatunya meyakinkan, barulah berlayar.

alai eced riesesn aEKai mepedec sePyGi meagea ri esesn aEKai meag mksol
Alai cedde'e risesena engkai mappedeceng, sampeanngi maegae risesena engkai maega makkasolang

. (Ambil yang sedikit jika yang sedikit itu mendatangkan kebaikan, tolak yang banyak apabila yang banyak itu mendatangkan kebinasaan).
• Artinya: Mengambil sesuatu dari tempatnya dan meletakkan sesuatu pada tempatnya, termasuk perbuatan mappasitinaja (kepatutan). Kewajiban yang dibaktikan memperoleh hak yang sepadan merupakan suatu perlakuan yang patut. Banyak atau sedikit tidak dipersoalkan oleh kepatutan, kepantasan, dan kelayakan.


blC mnEmuai wrprmu aebena mnEmuai aiy kiy aj muplaoai modlmu aEREeG beg lbmu.
Balanca manemmui waramparammu, abbeneng manemmui, iyakiya aja' mupalaowi moodala'mu enrennge’ bagelabamu.

(Boleh engkau belanjakan harta bendamu, dan pakai untuk beristri, namun janganlah sampai kamu menghabiskan modal dan labamu).
• Artinya: Peringatan pada para pedagang (pengusaha) agar dalam menggunakan harta tidak berlebihan sehingga kehabisan modal dan membangkrutkan usahanya.



siri eami riaorow ri lino.
Siri'e’ mi rionrowong ri-lino.

(Hanya untuk siri'itu sajalah kita tinggal di dunia).
• Artinya: Dalam pepatah ini ditekankan bahwa siri’ sebagai identitas sosial dan martabat pada orang Bugis, dan jika memiliki martabat itulah, hidup menjadi berarti.

adEea tEmek an tEmek apo.
Ade'e’ temmakke-anak' temmakke’-e’po

. (Adat tak mengenal anak, tak mengenal cucu).
• Artinya: Dalam menjalankan norma-norma adat tidak boleh pilih kasih (tak pandang bulu). Misalnya, anak sendiri jelas-jelas melakukan pelanggaran, maka harus dikenakan sanksi (hukumman) sesuai ketentuan adat yang berlaku.


Ka-antu jekkongan kammai batu nibuanga naung rilikua; na-antu lambu suka kammai bulo ammawanga ri je’ne’ka, nuassakangi poko’na ammumbai appa’na, nuasakangi appa’na ammumbai poko’na.

(kecurangan itu sama dengan batu yang dibuang kedalam lubuk; sedangkan kejujuran laksana bambu yang terapung di air, engkau tekan pangkalnya maka ujungnya timbul, engkau tekan ujungnya maka pangkalnya timbul).
• Artinya: Kecurangan mudah disembunyikan, namun kejujuran akan senantiasa tampak dan muncul ke permukaan.

mtulu pEerjo tEpEtu sirRE pdpi mpEtu iaiy.
Mattulu’ perejo te’pe’ttu siranreng, padapi mape’ettu iya.

(Terjalin laksana tali pengikat batang bajak pada luku yang selalu bertautan, tak akan putus sebelum putus ketiganya)
• Artinya: Ungkapan ini melambangkan eratnya persahabatan. Masing-masing saling mempererat dan memperkuat, sehingga tidak putus jalinannya. Apabila putus satu, maka semua putus.


naiy riysEeG pnw nw mpciGi riatin spai ri nwnan nloloGEGi sinin adea aEREeG gauea npoelai j aEREeG npoelai edec.
Naia riyasennge’ pannawanawa, mapaccingi riatinna, sappai rinawanawanna, nalolongenngi sininna adae’ enrenge’ gau’e’ napolei’ ja’ enrenge’ napolei’ de’ceng

.(Cendekiawan (pannawanawa) ialah orang yang ikhlas, yang pikirannya selalu mencari-cari samapai dia menemukan pemecahan persoalan yang dihadapi demikian pula perbuatan yang menjadi sumber bencana dan sumber kebajikan).
• Artinya: Ungkapan ini menggambarkan posisi orang pandai di masyarakatnya.


aj mumtEbE ad ap aiytu adea meag bEtuwn muatutuaiwi lilmu ap iaiy lilea pewrE ewrE.
Aja' mumatebek ada, apak iyatu adae’ mae’ga bettuwanna. Muatutuiwi lilamu, apak iya lilae’ pawere’-were’.

(Jangan banyak bicara, sebab bicara itu banyak artinya. Jaga lidahmu, sebab lidah itu sering mengiris).
• Artinya: Peringatan agar setiap orang selalu menjaga kata-kata yang diucapkan jangan sampai menyakiti hati orang lain.

aju mluruea mi riwl perw bol.
Aju malurue’mi riala parewa bola.

(Hanyalah kayu yang lurus dijadikan ramuan rumah).
• Artinya: Rumah sebagai perlambang dad pemimpin yang melindungi rakyat. Hanya orang yang memiliki sitat jujur yang layak dijadikan pemimpin, agar yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi perannya dengan baik.


duuw lalE tEPEdi ri yol aiynritu llEn psriea aEREeG llEn p golea.
Duwa laleng tempekding riola, iyanaritu lalenna passarie’ enrennge’ lalenna. Paggollae’.

(Dua cara tak dapat ditiru, ialah cara penyadap enau dan cara pembuat gula merah).
• Artinya: Jalan yang ditempuh penyadap enau tidak tentu, kadang dari pohon ke pohon lain melalui pelepah atau semak belukar, sehingga dikiaskan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Pembuat gula merah umumnya tak menghiraukan kebersihan, lantaran itu banyak tak diketahui orang.



Lapa nakulle’ taue’ mabbaina narekko naulle’ni magguli-lingiwi dapurenge’ we’kka pitu.
(Apabila se orang ingin beristeri, harus sanggup mengelilingi dapur tujuh kali).
• Artinya: Di sini dapur merupakan perlambang dari masalah pokok data, kehidupan rumah tangga. Sedangkan tujuh kali merupakan padanan terhadap jumlah hari yang juga tujuh (Senin sampai Minggu). Maksudnya, sebelum berumah tangga harus memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab menghidupi keluarga setiap hari.


ed nlbu aEsoea ri tEGn bitrea.
De’k nalabu essoe’ ri tenngana bitarae’.

(Tak akan tenggelam matahari di tengah langit).
• Artinya: Manusia tidak akan mati sebelum takdirnya sampai. Oleh karena itu, keraguan harus disingkirkan dalam menghadapi segala tantangan hidup.


jgai wi blimu sisE mualitutuai rGEmu ewk sEpulo nsb rGEmu ritu bias mCji bli.
Jagaiwi balimmu siseng mualitutui rangemmu wekka seppulo nasaba rangemmu ritu biasa mancaji bali.

(Jagalah lawanmu sekali dan jagalah sekutumu sepuluh kali lipat sebab sekutu itu bisa menjadi lawan).
• Artinya: Terhadap lawan sikap kita sudah jelas, namun yang harus lebih diwaspadai jangan sampai ada kawan berkhianat. Sebab, lawan menjadi bertambah dan membuat posisi rentan karena yang bersangkutan mengetahui rahasia (kelemahan) kita.



lEbi ai cau caurEeG n pElorEeG.
Lebbik-i cau-caurennge’ napellorennge’.

(Lebih baik sering kalah daripada pengecut).
• Artinya: Orang yang sering kalah, masih memiliki semangat juang meskipun lemah dalam menghadapi tantangan. Sedangkan seorang pengecut, sama sekali tak memiliki keberanian ataupun semangat untuk berusaha menghadapi tantangan.


mlai bukurup ri cauea mplib ri mej ri pGRoea.
Malai bukurupa ricau’e, mappalimbang ri maje’ ripanganroe’.

(Memalukan kalau dikalahkan, mematikan kalau ditaklukkan).
• Artinya: Dikalahkan karena keadaan memaksa memang memalukan. Sedangkan takluk sama halnya menyerahkan seluruh harga diri, dan orang yang tidak memiliki harga diri sama halnya mati.


naiy tau mlEPuea mGuru mnai tau sogiea.
Naiya tau malempuk-e’ manguruk manak-i tau sugi-e.

(Orang jujur sewarisan dengan rang kaya).
• Artinya: Orang jujur tidak sutit memperoleh kepercayaan dari orang kaya karena kejujurannya.


mess pG tEmess api mess api tE mess botorE.
Masse’sa panga, temmase’sa api, masse’sa api temmas’esa botoreng.

(Bersisa pencuri tak bersisa api, bersisa api tak barsisa penjudi).
• Artinya: Sepintar-pintarnya pencuri, dia tidak mampu mengambil semua barang (misalnya mengambil rumah atau tanah). Akan tetapi sebesar-besarnya kebakaran hanya mampu menghancurkan barang-barang (tanah masih utuh). Akan tetapi seorang penjudi dapat menghabiskan seluruh barang miliknya (termasuk tanah dalam waktu singkat).

mau meag pbiesn nboGo po lopin etaw n lurE.
Mau mae’ga pabbise’na nabonngo ponglopinna te’a wa' nalureng.
(Biar banyak pendayungnya, tetapi badoh juru mudinya takkan ku jadi penumpangnya).
• Artinya: Kebahagiaan rumah tangga ditentukan oleh banyak ha , tetapi yang paling menentukan adalah kecakapan dan rasa tanggung jawab kepala rumah tangga itu sendiri.


naiy acea riptopoki ejko agto aliri etyai mrEdu mpoloai.
Naiya accae ripatoppoki je’kko, aggato aliri, nare’kko te’yai maredduk, mapoloi.

(Kepandaian yang disertai kecurangan ibarat tiang rumah, lalu tidak tercerabut ia akan patah).
• Artinya: Di Bugis, tiang rumah dihubungkan satu dengan yang lain menggunakan pasak. Jika pasak itu bengkok sulit masuk ke dalam lubang tiang, dan patah kalau dipaksakan. Kiasan terhadap orang pandai tetapi tidak jujur. Ilmunya tak akan mendatangkan kebaikan (berkah), bahkan dapat membawa bencana (malapetaka).


nerko mealoko tikE esauw aolokolo spai betln. nerko del spai meagn betl tau.
Narekko mae’lokko tikkeng se’uwa olokolok sappak-i bate’lana. Narekko sappakko dalle’k sappak-i mae’gana bate’la tau.

(Kalau ingin menangkap seekor binatang, carilah jejaknya. Kalau mau rezeki, carilah di mana banyak jejak manusia).
Artinya: Pada hakikatnya, manusialah yang menjadi pengantar rezeki, sehingga di mana banyak manusia akan ditemui banyak rezeki.

Sejarah Berdirinya Suku Bugis di Indonesia

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.

Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Perkembangan
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar.


Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)

Masa Kerajaan Bone

Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue.


Kerajaan Makassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar kemudian terpecah menjadi Gowa dan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar.

Kerajaan Soppeng

Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.

Kerajaan Wajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo.

Konflik antar Kerajaan

Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru.

Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut “tellumpoccoe”.